Kamis, 09 Januari 2014

Naskah Drama Cerita Rakyat Berjudul "Sangkuriang"

Tokoh Drama:
1.    Dayang Sumbi
2.    Sangkuriang


3.    Tumang/ Anjing sakti
4.    Beberapa tokoh pembantu/ibu-ibu




Narator: 
Dikisahkan pada beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali.

Adegan 1

Dayang Sumbi:
(marah) aaahhh! Jatuh lagi! Jatuh lagi! Aku malas mengambilnya lagi!
Aku bersumpah! Siapapun dia jika ada yang mengambilkan pintalan benangku, kalau dia laki-laki, akan kujadikan suami, jika perempuan akan kujadikan saudara.

Narator:
Setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang.


Tumang:
Ini pintalan benangnya Tuan Putri!

Dayang sumbi:
(kaget) Haaahhh?? Kenapa se ekor anjing  yang harus mengambil pintalan benangku? Berarti mau tak mau....., aku harus melaksanakan sumpahku dan menikahi anjing ini.

Narator: 
Kemudian Dayang Sumbi dan Tumang menikah dan hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang.

Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuriang selalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Pada suatu hari Dayang Sumbi memanggil putranya Sangkuriang.

Adegan 2

Dayang sumbi:
Nak, bunda akan mengadakan suatu pesta. Pergilah kau berburu rusa di hutan bersama si Tumang.

Sangkuriang:
Baik, bunda.

Narator:
Tibalah sangkuriang di sebuah hutan.


Adegan 3 

Sangkuriang:
Kemana  lagi ya, supaya aku bisa mendapatkan  seekor rusa? Dari tadi pagi sampai siang, aku menjelajahi hutan ini tapi tak kutemui se ekor rusapun. Aku lelah sekali. Tapi aku tak ingin mengecewakan bunda. Aku tidak ingin pulang, kalau pulang tidak membawa hasil. Maafkan aku Tumang, terpaksa panah ini harus kutujukan padamu.

Narator:
Dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Dan.....
Tak lama kemudian si Tumangpun sekarat kemudian mati.

Setibanya di rumah, Sangkuriang menyerahkan daging Tumang pada ibunya.


Adegan 4

Sangkuriang:
Bunda, ini daging rusa hasil tangkapanku.

Dayang sumbi:
Terima kasih, sayang. Kau hebat sekali. Bunda sangat gembira, Nak. Kau sudah pintar berburu rusa.

Narator:
Setelah menerima daging buruan sangkuriang, Dayang Sumbi melanjutkan acara pestanya. Sesaat setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada si Tumang.

Adegan 5

Dayang sumbi:
Dimana si Tumang ya? Dari kemarin aku tidak melihat dia. Coba kutanyakan pada Sangkuriang.
Sangkuriang! Sangkuriang!

Sangkuriang:
Ada apa bunda memanggilku?

Dayang sumbi:
Dimana si Tumang, Nak? Dari kemarin bunda tidak melihatnya. Sepertinya hari terakhir kemarin, dia ada bersamamu. Trus, sekarang kemana dia?

Sangkuriang:
(terdiam dan takut mendengar pertanyaan ibunya).
Tu, Tumang sudah mati bunda.

Dayang Sumbi:
Mati??? Trus Siapa yang membunuhnya?

Sangkuriang:
Kemarin, waktu aku berburu di hutan, sudah kujelajahi seluruh hutan dari pagi sampai siang, tapi aku tidak menemukan rusa se ekorpun. Aku tidak ingin mengecewakan bunda. Jika aku pulang tidak membawa hasil buruan. Trus aku arahkan panahku pada si Tumang. Kemudian, kemudian.... dagingnya aku serahkan pada bunda.

Dayang Sumbi:
Apa???!! Jadi, jadi daging yang kau serahkan pada bunda kemarin itu adalah daging si Tumang??

Sangkuriang:
Bettul bunda.

Dayang Sumbi:
(marah) Haaaahhhh! Dasar anak tak tau diri! Kau Pembunuh!!!

Narator: 
Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriangpun terluka.

Sangkuriang:
Aduh!!!  Kenapa bunda memukulku? Sedemikian murkanya bunda padaku. Sangkuriang kecewa pada bunda! Baiklah, untuk menebus kesalahanku, aku akan  pergi mengembara.

Dayang Sumbi:
(amarahnya mereda) Sangkuriang! Sangkuriang! Jangan pergi Nak. Bunda menyesal Nak, sudah melukaimu dan mengatakan kau sebagai pembunuh. Ibu sangat sayang padamu. Kembalilah, Nak!

Narator: 
Tapi sayang, semua sudah terlanjur. Sangkuriang tetap berlalu pergi meninggalkan ibunya.
Dayang Sumbi pun berdoa kepada para dewata agar bisa dipertemukan kembali dengan putranya. Doanya didengar para dewata penghuni kayangan. Dayang Sumbi diberi kemudaan dan kecantikan abadi, bahkan lebih cantik dari sebelumnya.

Bertahun-tahun kemudian, Sangkuriang yang telah melanglang buana ke seluruh penjuru bumi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, Sangkuriang terkejut karena semuanya sudah berubah. Dia tambah terkejut saat di jalan bertemu seorang wanita yang tak lain tak bukan adalah Dayang Sumbi. Namun mereka tak saling mengenali.

Adegan 6

Sangkuriang:
Heemmmm! Siapa gadis cantik itu ya? Aku sungguh sungguh terpesona melihatnya. aku ingin berkenalan dengannya dan ingin meminangnya jadi istriku.

Dayang Sumbi:
Ehh! siapa ya pemuda tampan di ujung jalan itu. Dari tadi memperhatikanku. Aku jadi ga karuan dibuatnya. Pemuda itu tampan sekali. Pemuda itu sangat mempesona. Aku mau jadi istrinya jika dia mau melamarku untuk jadi istrinya.

Sangkuriang:
Hai, kau cantik sekali. Aku sangat terpesona dibuatnya. Aku ingin sekali melamarmu. Maukah kau jadi istriku?

Dayang Sumbi:
Iya. iya. Tentu saja aku bersedia. Aku bersedia jadi istrimu. Kau tampan  sekali.

Narator: 
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya.

Adegan 7

Sangkuriang:
Dinda, aku mau pergi berburu ke hutan. Tolong rapikan ikat kepalaku ya.

Dayang Sumbi:
Iya kanda.(terkejut sambil memperhatikan luka dikepala sangkuriang dan memperhatikan wajahnya kemudian ketakutan)Haaahhh??? Di kepala calon suamiku ini ada bekas luka. Dan bekas luka ini persis seperti luka anakku dulu yang telah pergi merantau.
Kanda? Di kepalamu seperti ada bekas luka. Luka karena apa kanda?

Sangkuriang:
Iya betul Dinda. Bekas luka di kepalaku ini, karena dulu pernah dipukul ibuku. ibuku sangat marah sekali padaku waktu itu. Setelah kejadian itu, kemudian aku pergi. kutinggalkan ibuku sendiri.

Dayang Sumbi:
(bicara dalam hati) Ooohh!  Jadi, jadi,  Dia, dia, anakku sangkuriang yang dulu merantau kini telah kembali berada dihadapanku. Dan, dan, wajahnyapun juga ternyata mirip sekali dengan anakku sangkuriang. Duuuh gimana ini? Pemuda tampan yang akan menjadi calon suamiku adalah putraku sendiri. Aku hampir menikahi putraku sendiri. Aku harus menggagalkan proses peminanganku nanti!

Sangkuriang:
Nah sudah selesai. Sudah beres perlengkapanku berburu. Aku berangkat dulu ya, dinda.

Dayang Sumbi:
Hati-hati Kanda.

Narator: 
Dayang Sumbi menjadi bingung.

Dayang Sumbi:
Duuuhhh.., gimana caranya ya supaya aku tidak jadi menikah dengan Sangkuriang? Sangkuriang kan putraku sendiri. Aku harus cari cara untuk menggagalkan supaya tidak jadi menikah dengan Sangkuriang.

Narator:
Sepulangnya Sangkuriang dari berburu, Dayang Sumbi mencoba menjelaskan masalahnya.


Adegan 8

Dayang Sumbi:
Sangkuriang, Sangkuriang. Kau, kau adalah putraku, Nak. Yang waktu dulu telah melukai kepalamu itu adalah aku. Ini Dayang Sumbi ibumu, Nak. Maafkan ibu, Nak. Ibu sangat menyesal sekali sudah melukaimu. Dulu ibu terlalu emosi. Ibu dulu sediiih sekali saat kau tinggalkan. Jangan lanjutkan keinginanmu untuk melamarku ya, Nak.

Sangkuriang:
aaaahhhh!!!! Kau Cuma mengarang-ngarang cerita saja. Tidak mungkin! Kau tidak usah mengada-ngada. Apa yang kau katakan itu bohong! Aku tidak percaya!

Dayang Sumbi:
Dengar anakku! Apa yang bunda ceritakan tadi adalah benar. Kau itu adalah putraku sendiri yang dulu pernah meninggalkanku. Bunda tidak bisa menikah denganmu, Sangkuriang!

Sangkuriang:
Tidak bisa! Aku tidak peduli kau itu siapa! Pokoknya kita tetap akan menikah. Karena aku sangat mencintaimu.

Narator:  
Setelah Dayang Sumbi menjelaskan tentang dirinya, namun hal itu hanya dianggap angin lalu oleh Sangkuriang. Dayang Sumbi pun berpikir bagaimana caranya supaya pernikahan mereka gagal.

Selama berhari-hari Dayang Sumbi berpikir, akhirnya menemukan juga caranya dia akhirnya memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang.. Dia pun menemui Sangkuriang.

Adegan  9

Dayang Sumbi:
Wahai calon suamiku, Sangkuriang, apakah kamu tetap ingin menikahi aku?

Sangkuriang:
Tentu saja, Dayang Sumbi, calon istriku yang cantik.

Dayang Sumbi:
Kalau begitu, aku hendak mengajukan dua syarat jika kamu tetap ingin menikahiku.

Sangkuriang:
Apa syaratnya?

Dayang Sumbi:
Aku ingin kau membuat bendungan. Untuk membendung sungai Citarum dan membuatkan sebuah perahu untuk menyeberanginya. Kedua syarat itu harus sudah jadi sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang:
Baik! Akan aku penuhi syaratmu!

Narator:
Tak lama kemudian, Sangkuriangpun pergi berlalu dari hadapan Dayang Sumbi dan segera bekerja melaksanakan permintaan Dayang Sumbi

Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang  menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu.

Adegan 10

Dayang Sumbi:
(cemas) Duuuh gimana ini? Bendungan dan perahu Sangkuriang, sebentar lagi akan segera jadi. Aku harus cari cara menggagalkan pekerjaan Sangkuriang.

Narator:
Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
 

Dayang Sumbi:
Wahai, ibu-ibu! Bangun, bangun! Hari sudah menjelang pagi. Bangun! Bangun! (sambil memukul-mukul kentongan).

Narator:
Setelah membangunkan warga, kemudian meminta bantuan masyarakat sekitar agar menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur dan membangunkan ayam-ayam jago supaya berkokok. Suasana malampun berubah menjadi suasana fajar.

Sangkuriang:
Haaahh?? Ayam jantan sudah pada mulai berkokok dan awan-awan mulai terlihat kemerah-merahan, tanda fajar telah menyingsing. Tak biasanya matahari terbit lebih cepat dari biasanya. Ini pasti tipuan Dayang Sumbi.
(marah) Haaaahhhh!!! Ku kutuk kau Dayang Sumbi!

Narator:
Sangkuriang pun menghentikan pekerjaannya karena merasa telah gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi. Dengan sangat marah dan  kesal dia mengutuk Dayang Sumbi kemudian merusak bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Dan Desa-desa pun tenggelam karena air bendungan. Lalu, Sangkuriang pun menendang perahu buatannya sendiri yang hampir jadi ke tengah hutan hingga perahu itu berada dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu (perahu yang menelungkub).

Mockingjay